BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin
tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air.
Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan
air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula
mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam
suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (Effendi, 2000).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan.
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual
dengan menggunakan secchi disk yang
dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang
dikenal dengan kecerahan secchi disk
(Effendi, 2000).
Apabila dalam suatu perairan tingkat kecerahannya
rendah maka akan mempengaruhi biota laut yang ada di dalamnya. Seperti plankton
terutama pitoplankton, dimana pitoplankton sangat membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis. Apabila perairannya
keruh maka akan menghambat pertumbuhan pitoplankton, apabila pitoplankton tidak
dapat berfotosintesi akan berdampak pada zooplankton dimana pitoplanton
merupakan makana dari zooplankton, begitu pula zooplankton merupakan makanan
dari hewan-hewan kecil dan hewan-hewan kecil merupakan makanan dari hewan-hewan
besar dan seterusnya. Jadi apabila apabila perairan keruh akan berdampak buruk
bagi seluruh biota laut yang ada didalamnya. Selain itu keadaan perairan yang
keruh juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang ada di dalamnya, yang akan
menyebabkan biota laut kekurangan oksigen dan mati.
Pada saat ini
perairan yang ada di indonesia sebagian besar telah tercemar dan memiliki
tingkat kecerahan yang sangat rendah, ini di sebabkan oleh gaya hidup
masyarakat yang kurang perduli terhadap lingkungan sehingga linggkungan menjadi
sangat kotor dan tercemar. bahan pencemar ini biasanya limbah rumah tangga yang
di bawa oleh sungai, pupuk kimia dan sampah yang di bawa oleh hujan. Namun kita masih bersyukur karena beberapa
wilayah di bali memiliki pantai yang masih memiliki tingkat kecerahan yang
cukup tinggi dan kebersihannya masih terjaga, seperti pantai yang kami teliti yaitu pantai yang ada di
Gondol, kec. Gerokgak, kab. Buleleng, Bali.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun Permasalahan pokok yang di ambil dalam
pembuatan laporan ini adalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kecerahan perairan?
2. Apa dampak dari perairan yang tercemar terutama kerena tumpahan minyak?
3. Bagaimanakah kondisi perairan yang ada di indonesi
1. Apakah yang dimaksud dengan kecerahan perairan?
2. Apa dampak dari perairan yang tercemar terutama kerena tumpahan minyak?
3. Bagaimanakah kondisi perairan yang ada di indonesi
1.3 Metode Pengumpulan Data
a). Study Literature
a). Study Literature
Merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan, mempelajari
sumber-sumber, dokumen, serta buku-buku tentang komponen-komponen yang di
butuhkan dalam pembuatan laporan. Metode ini juga bisa di sebut metoda perpustakaan yang di butuhkan untuk melengkapi
pustaka dalam pembuatan laporan.
b).Observasi
b).Observasi
Adalah
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap alat-alat yang bersangkutan, dan
selanjutnya mencatat hasil dari pengamatan
pada buku pengamatan.
c). Diskusi
c). Diskusi
Metoda ini digunakan untuk memecahkan masalah atau mencari solusi
alternative lain dari permasalahan yang di angkat kepada pakar ataupun seseoang
yang tahu dan mengerti mengenai perancangan proposal yang di buat. dalam hal
ini adalah pembimbing lapangan dan dosen pembimbing yang mampu memberikan
penjelsan-penjelasan tentang permasalahan yang di ambil.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelutian yang kami lakukan yaitu, antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kecerahan perairan.
2. Untuk mengetahui apa dampak dari pencemaran perairan terutama karena tumpahan minyak.
3. Untuk mengetahui bagaiman kondisi perairan yang ada di indonesia.
Adapun tujuan dari penelutian yang kami lakukan yaitu, antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kecerahan perairan.
2. Untuk mengetahui apa dampak dari pencemaran perairan terutama karena tumpahan minyak.
3. Untuk mengetahui bagaiman kondisi perairan yang ada di indonesia.
1.5 Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan laporan ini adalah agar dapat memberikan konstribusi kusus
kepada pembaca dalam pembuatan laporan, serta menambah wawasan pembaca terkait dengan
permasalahan yang kami angkat dalam laporan ini.
Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan laporan ini adalah agar dapat memberikan konstribusi kusus
kepada pembaca dalam pembuatan laporan, serta menambah wawasan pembaca terkait dengan
permasalahan yang kami angkat dalam laporan ini.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin
tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air.
Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan
air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula
mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan yang masuk
ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi
kecerahan air (Effendi, 2000). Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan.
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual
dengan menggunakan secchi disk yang
dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang
dikenal dengan kecerahan secchi disk
(Effendi, 2000).
Tingkat kecerahan adalah suatu angka
yang menunjukkan jarak penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom air yang masih
dapat dilihat oleh mata kita yang berada di atas permukaan air. Kedalaman suatu
perairan merupakan salah satu faktor yang membatasi kecerahan perairan. Menurut
Sidabutar dan Edward (1995), bahwa kecerahan sangat ditentukan oleh intensitas
cahaya matahari dan partikel-partikel organik dan anorganik yang
melayang-layang di kolom air. Berdasarkan hasil pengamatan dari pengukuran
tingkat kecerahan pada perairan laut Bungkutoko dengan menggunakan alat Sechi
dick, diperoleh kecerahan sebesara 24 cm dengan kedalaman 79 cm. Hal ini
disebabkan karena penetrasi cahaya dihalangi oleh partikel-partikel zat
terlarut seperti Lumpur dan partikel-partikel lain yang mengendap. Dengan
tingkat kecerahan yang rendah tersebut akan mengakibatkan organisme nabati
tidak akan dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan energi dan
bahan makanan. Menurut Odum (1993), bahwa bila kekeruhan disebabkan oleh fitoplankton,
maka ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas perairan.
Kecerahan
air laut juga merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan
daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga
sebaliknya. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang
dinyatakan dalam % dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang
terlihat cahaya melalui lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air.
Apabila kecerahan tidak baik, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan ( turbidity
) air sangat berpengaruh terhadap ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton,
humus dan suspensi lumpur, atau bisa juga diakibatkan
Kecerahan
air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen
yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari
yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan akan kurang dibandingkan
dengan air laut jernih.
Ada beberapa warna air
karena beberapa sebab yaitu:
1.
Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini
disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru)
dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
2.
Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur
kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
3.
Warna hijau, karena adanya lumpur yang
diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya
planton-planton dalam jumlah besar.
4.
Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup
es seperti di laut kutub utara dan selatan.
5.
Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang
mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
6.
Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur
hitam seperti di laut hitam
7.
arna merah, karena banyaknya binatang-binatang
kecil berwarna merah yang terapung-apung. Selain itu karena kadar salinitas di
laut itu sangat tinggi seperti di arab yang memiliki laut berwara merah
sehingga sering di sebut laut mati.
Adapun
faktor-faktor kekeruhan suatu perairan yaitu:
- Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur.
- Jasad-jasad renik yang merupakan plankton
- Warna air yang ditimbulkan oleh zat-zat koloid yang berasal dari daun-daun tumbuhan yang terekstrak.
- Kondisi lingkungan yang ada disekitarnya seperti limbah rumah tangga dan pupuk kimia yang terbawa oleh sungai atau air hujan.
Faktor-faktor
ini dapat menimbulkan warna dalam air dan mempengaruhi tingkat kecerahan dan
kekeruhan air. Senhingga air laut yang mengandung bahan-bahan di atas akan
memiliki tingkat kecerahan air yang sangat rendah.
2.2 Dampak dari Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak
Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber
pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena
akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat
signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Selain itu
pencemaran ini juga mengakibatkan terhambatnya cahaya matahari masuk ke dalam
lautan dan menyebabkan laut menjadi keruh. Pencemaran minyak semakin banyak terjadi
sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan minyak untuk dunia industri yang
harus diangkut dari sumbernya yang cukup jauh, meningkatnya jumlah anjungan –
anjungan pengeboran minyak lepas pantai. dan juga karena semakin meningkatnya
transportasi laut.
Berdasarkan PP No.19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai
masuknya/ dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan
baku mutu dan/atau fungsinya (Pramudianto, 1999). Sedangkan Konvensi Hukum Laut
III (United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) mengartikan
bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara
sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merusak
sumber daya hayati laut (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan
manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan
laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan serta
manfaatnya (Siahaan, 1989 dalam Misran, 2002
Dampak dari Pencemaran Minyak di
Laut. Komponen minyak yang tidak dapat
larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam.
Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai
deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang
bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan
perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan,
dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan
sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan
embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar (Fakhrudin,
2004). Sumadhiharga (1995) dalam Misran (2002) memaparkan bahwa dampak-dampak
yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan
akibat jangka panjang.
1. Akibat jangka pendek.
Molekul hidrokarbon minyak dapat
merusak membran sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan
berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan
beraroma dan berbau minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak
menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon
dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
2. Akibat
jangka panjang.
Lebih banyak mengancam biota muda.
Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak
dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi
dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari
organisma satu ke organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak
di dalam zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya
bila ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan
bahkan manusia.
Pencemaran
minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh
terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2,
dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar
berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan
pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan
mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna
yang hidup berasosiasi dengan hutam mangrove seperti moluska, kepiting, ikan,
udang, dan biota lainnya.
Ekosistim
terumbu karang juga tidak luput dari pengaruh pencemaran minyak . Menurut
O'Sullivan & Jacques (2001), jika terjadi kontak secara langsung antara
terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang
meluas. Akibat jangka panjang yang paling potensial dan paling berbahaya adalah
jika minyak masuk ke dalam sedimen.
2.3 Kondisi Perairan di Indonesia
Dengan 17.504
pulau, Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia1. Garis pantainya mencapai
95.181 kilometer persegi, terpanjang di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat
dan Rusia. Enam puluh lima persen dari total 467 kabupaten/kota yang ada di
Indonesia berada di pesisir2. Pada 2010 populasi penduduk Indonesia mencapai
lebih dari 237 juta orang3, dimana lebih dari 80% hidup di kawasan pesisir4.
Kepulauan Indonesia
terbentang antara terumbu karang di Indonesia mencapai 50.875 kilometer
persegi5, atau sekitar 18% dari total kawasan terumbu karang dunia. Sebagian besar
terumbu karang ini berlokasi di bagian timur Indonesia, di wilayah yang lazim
disebut segitiga karang (coral triangle). Terumbu karang Indonesia di kawasan
segitiga karang adalah salah satu yang terkaya dalam keanekaragaman hayati di
dunia, rumah bagi sekitar 590 spesies karang keras6. Terumbu di Kepulauan Raja
Ampat diakui para ilmuwan sebagai “pusat” keanekaragaman hayati terumbu karang
dunia7.
Selain membawa
keuntungan ekonomi, ekosistem terumbu karang melindungi pantai dari hantaman
gelombang, sehingga mengurangi abrasi dan kerusakan. Terumbu karang juga berkontribusi
kepada sektor penangkapan ikan dengan menyediakan daerah pemijahan dan asuhan,
penyediaan makanan dan tempat berlindung beragam jenis mahluk laut. Indonesia
mempunyai sebaran ekosistem mangrove yang luas, bahkan terbesar di dunia (FAO,
2007). Menurut Spalding et al. pada 2010 diperkirakan luas mangrove di
Indonesia sekitar 3,189,359 hektar, hampir mencapai 60% luas total mangrove
Asia Tenggara. Jumlah ini juga merupakan 20% dari total tutupan mangrove yang
ada di dunia. Menurut FAO, ada 48 spesies mangrove di Indonesia, membuat Indonesia
menjadi pusat penting keanekaragaman hayati mangrove dunia. Ekosistem padang
lamun Indonesia diperkirakan sebesar 30,000 km2,dimana terdapat 30 dari 60
spesies padang lamun yang ada di dunia8. Meski pemerintah telah berinisiatif
untuk memimpin upaya konservasi, sebagian besar ekosistem laut Indonesia yang
luas ini masih berada dalam ancaman.
Menurut World
Resources Institute, pada 2011 ada 139.000 kilometer persegi kawasan wilayah laut
yang dilindungi di Indonesia9. Pemerintah berkomitmen meningkatkannya menjadi 200.000
kilometer persegi pada 202010. Tetapi pengelolaan kekayaan sumberdaya hayati pesisir
dan kawasan terlindungi ini masih menjadi tantangan berat. Data terbaru (2012)
Pusat Penelitian Oseanokarang Indonesia yang tergolong sangat baik. Sementara
27,18%-nya digolongkan dalam kondisi baik, 37,25% dalam kondisi cukup, dan 30,45%
berada dalam kondisi buruk11. Bahkan, Burke, dkk. menyebutkan setengah abad terakhir
ini degradasi terumbu karang di Indonesia meningkat dari 10% menjadi 50%12. Penyebab
kerusakan terumbu karang diantaranya adalah pembangunan di kawasan pesisir, pembuangan
limbah dari berbagai aktivitas di darat maupun di laut, sedimentasi akibat rusaknya
wilayah hulu dan daerah aliran sungai, pertambangan, penangkapan ikan merusak yang
menggunakan sianida dan alat tangkap terlarang, pemutihan karang akibat
perubahan iklim, serta penambangan terumbu karang. Indonesia sudah kehilangan
sebagian besar mangrovenya. Dari 1982 hingga 2000, Indonesia telah kehilangan
lebih dari setengah hutan mangrove, dari 4,2 juta hektar hingga 2 juta hektar13.
Masalah yang dihadapi oleh terumbu karang dan mangrove juga dialami ekosistem
padang lamun. Ekosistem padang lamun Indonesia kurang dipelajari dibanding
terumbu karang dan mangrove. Tetapi berdasar berbagai indikasi, padang lamun
juga rentan terhadap gangguan alam dan kegiatan manusia. Seperti pengerukan
terkait pembangunan real estate pinggir laut, pelabuhan, industri, saluran navigasi,
limbah industri terutama logam berat dan senyawa organolokrin, pembuangan limbah
organik, limbah pertanian, pencemaran minyak, dan perusakan habitat di lokasi pembuangan
hasil pengerukan14.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum yang kami lakukan untuk
mengukur kecerahan air laut yaitu pada Sabtu, 14 Desember 2013 pada pukul 09.00
Wita. Pengukuran tingkat kecerahan air laut kali laksanakan di pantai Gondol,
Ds. Penyabangan, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Bali.
1.2 Alat
dan Bahan
Alat yang di gunakan untuk mengukur kecerahan perairan di
sebut dengan seichi disk, yaitu berupa piringan yang berwarna
putih yang di tumpuk bolak-balik yang didalamnya di isi batu sebagai pemberat
dan dihubungkan dengan tongkat/tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Adapun bahan yang di gunakan untuk membuat seichi disk
yaitu:
1. 2 buah piring yang terbuat dari logam yang berwarna putih.
2. Batu.
3. Tali tambang yang diameternya agak besar yang panjangnya di sesuaikan.
4. Tali tambang yang diameternya lebih kecil.
1. 2 buah piring yang terbuat dari logam yang berwarna putih.
2. Batu.
3. Tali tambang yang diameternya agak besar yang panjangnya di sesuaikan.
4. Tali tambang yang diameternya lebih kecil.
1.3 Prosedur
Praktikum
Untuk alat pengukur kecerahan
perairan yaitu seichi disk sudah di sediakan oleh dosen pengampu mata kuliah
kimia laut yaitu Bapak Drs. Bedjo Slamet M.Si. Jadi kami tidak membuatnya
sendiri, namun untuk cara pembuatanya sedikit banyak kami mengetahuinya. Untuk
cara pembuatan seichi disk akan kami uraikan pada prosedur praktikum.
Adapun prosedur praktikum yang kemi lakukan
yaitu:
- Sediakan bahan-bahan yang di perlukan seperti 2 buah piring, batu pemberat, tali tambang kecil dan tali tambang besar.
- Tumpuk secara bolak-balik (atas dan bawah), didalam piring tersebut di isi batu sebagai pemberat, kemudian piring tersebut di ikan dengan rapi menggunakan tali tambang kecil.
- Setelah piring selesai di ikat kemudian tali pengikat piting di ikat salah satu ujungnya dengan menggunakan tali tambang besar yang nantinga akan berfungsi sebagai pegangan saat piring di lempar ke dalam air.
- Tali tambang di buatkan simpul setiap 1 meter untuk menghitung kedalaman air.
- Setelah pembuatan alat selesai kemudian cara pengguanaan seichi disk yaitu seichi disk di masukan ke dalam air perlahan-lahan, lihat warna dari piring dengan menggunakan mata telanjang hingga alat terlihat samar-samar dan menghilang.
- Angkat tali dan hitung berapa kedalamannya dengan cara menghitung sumpul tali yang terkena air.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum
Dari praktikum yang kami lakukan di
pantai gondol hasil yang kami dapat yaitu:
- Hasil pelemparan alat yang pertama kami mendapatkan hasil 13 meter
- Hasil yang kedua kami lakukan di tempat yang berbeda namun hanya berjarak kurang lebih 1 meter, kami mendapatkan hasil 11 meter (orang yang mengukur berbeda).
4.2 Pembahasan
Dari praktikum pengukuran tingkat
kecerahan air laut yang kami lakukan di pantai Gondol, Ds. Penyabangan, Kec.
Gerokgak, Kab. Buleleng, Bali kami mendapatkan hasil yang berbeda walaupun hanya berjarak yang berbeda beberapa
meter saja. Pada pengukuran yang pertama di lakukan oleh dosen pengampu mata
kuliak kimia laut yaitu Bapak Dra.Bedjo Slamet M.Si yang di damping oleh dua rekan kami
sebagai pengecek piring yang terlihat dan setelah piring tidak terlihat dan
tali pengukur di angkat kami mendapatkan hasil 13 meter dari atas permukaan air
laut. Kemudian pada pengukuran yang kedua di lakukan oleh 3 orang yang berbeda
dari pengukur yang pertama, kami mendapatkan hasil 11 meter dari permukaan air
laut.
Jarak pengukuran yang kami lakukan
dari bibir pantai hingga tempet pengukuran kurang lebih 20 meter. Dari jarak
tersebut dan hasil yang kami lakukan dapat kami sampaikan bahwa tingkat
kecerahan air laut di pantai gondol masih cukup tinggi dan itu berarti pantai
tersebut masih jernih dan tingkat pencemarannya masih relarif kecil.
Walaupun pada dua kali pengukuran
kami menghasilkan hasil yang berbeda itu tidak mempengaruhi perairan di daerah
yang kami teliti tersebut. Perbedaan hasil pengukuran yang kami dapatkan itu di
pengaruhi oleh penglihatan dari orang yang melakukan pengukuran karena orang
yang melakukan pengukuran berbeda. Namun tidak setiap penelitian yang di
lakukan mendapat hasil yang berbeda.
Dengan tingkat kecerahan air yang
kami dapat saat melakukan penelitian di pantai gondol yang memiliki perairan
yang cukup jernih ini patut di syukuri, karena seperti yang kita tahu bahwa
sekarang ini perairan di indonesia sebagian besar telah tercemar yang
mengakibatkan pantai sangat keruh. Namun masih ada pula pantai yang memiliki
perairan yang jernih seperti wilayah timur indonesia ter masuk di bali salah
satunya di pantai gondol. Kecerahan pantai sangat menguntungkan baik bagi
kehidupan biota laut maupun manusia. Dengan air yang jernih akan menghasilkan
biota laut yang beragam dan ini akan membarikan keuntungn bagi manusia di
bidang ekonomi. Karena pantai yang jernuh bias di jadikan tempat wisata dan tingkat
pendapatan nelayan juga bertambah karena banyaknya ikan yang dapat hidup dengan
baik
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari laporan pengukuran tingkat kecerahan
air laut yang kami buat yaitu:
1. Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu
perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus
ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif.
Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air,
selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini
bahan-bahan yang masuk ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi
dapat mengurangi kecerahan air
2. Adapun faktor-faktor kekeruhan suatu
perairan yaitu:
- Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur.
- Jasad-jasad renik yang merupakan plankton
- Warna air yang ditimbulkan oleh zat-zat koloid yang berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak.
- Kondisi lingkungan yang ada disekitarnya seperti limbah rumah tangga dan pupuk kimia yang terbawa oleh sungai atau air hujan.
3. Dari hasil praktikum dapat di smpaikan
bahwa perairan di pantai gondol memiliki tingkat kecerahan yang tinggi dan
perairannya masih cukup jernih.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu, agar
kejernihan air laut yang ada di pantai gondol tetap di pertahankan. dan
masyarakat harus lebih meningkatkan lagi kepedulian mereka terhadap lingkungan
sehingga lingkungan tetap bersih dan terjaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Fajrien,fajar. 2013. Kecerahan Air Laut. http://fajarfajrien.blogspot.com/2013/01/kecerahan-air-laut.html.
19 Desember 2013.
Ø http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/kecerahan-kekeruhan-air-dan-pengaruhnya.html#.UrKhXidKJ14. 19 Desember 2013
Ø Sariiegucchy. 2013.
Dampak Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak. http://sariiegucchy.blogspot.com/2013/06/tugas-3-dampak-pencemaran-air-laut.html. 19 Desember 201.
dapusnya gk lengkap
BalasHapus