Kamis, 22 Mei 2014

Hasil Praktikum Mengenai Kecerahan Air Laut Di Pantai Gondol


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (Effendi, 2000).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi  pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Effendi, 2000).
Apabila dalam suatu perairan tingkat kecerahannya rendah maka akan mempengaruhi biota laut yang ada di dalamnya. Seperti plankton terutama pitoplankton, dimana pitoplankton sangat membutuhkan cahaya untuk  melakukan fotosintesis. Apabila perairannya keruh maka akan menghambat pertumbuhan pitoplankton, apabila pitoplankton tidak dapat berfotosintesi akan berdampak pada zooplankton dimana pitoplanton merupakan makana dari zooplankton, begitu pula zooplankton merupakan makanan dari hewan-hewan kecil dan hewan-hewan kecil merupakan makanan dari hewan-hewan besar dan seterusnya. Jadi apabila apabila perairan keruh akan berdampak buruk bagi seluruh biota laut yang ada didalamnya. Selain itu keadaan perairan yang keruh juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang ada di dalamnya, yang akan menyebabkan biota laut kekurangan oksigen dan mati.
 Pada saat ini perairan yang ada di indonesia sebagian besar telah tercemar dan memiliki tingkat kecerahan yang sangat rendah, ini di sebabkan oleh gaya hidup masyarakat yang kurang perduli terhadap lingkungan sehingga linggkungan menjadi sangat kotor dan tercemar. bahan pencemar ini biasanya limbah rumah tangga yang di bawa oleh sungai, pupuk kimia dan sampah yang di bawa oleh hujan.  Namun kita masih bersyukur karena beberapa wilayah di bali memiliki pantai yang masih memiliki tingkat kecerahan yang cukup tinggi dan kebersihannya masih terjaga, seperti pantai  yang kami teliti yaitu pantai yang ada di Gondol, kec. Gerokgak, kab. Buleleng, Bali.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun Permasalahan pokok yang di ambil dalam pembuatan laporan ini adalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kecerahan perairan?  
2. Apa dampak dari perairan yang tercemar terutama kerena tumpahan minyak?
3. Bagaimanakah kondisi perairan yang ada di indonesi
 
1.3  Metode Pengumpulan Data 
a). Study Literature
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan, mempelajari sumber-sumber, dokumen, serta buku-buku tentang komponen-komponen yang di butuhkan dalam pembuatan laporan. Metode ini juga bisa di sebut  metoda perpustakaan yang di butuhkan untuk melengkapi pustaka dalam pembuatan laporan.  
b).Observasi
Adalah dengan  melakukan  pengamatan langsung  terhadap alat-alat yang bersangkutan, dan selanjutnya mencatat hasil dari pengamatan  pada buku pengamatan.  
c). Diskusi
Metoda ini digunakan untuk memecahkan masalah atau mencari solusi alternative lain dari permasalahan yang di angkat kepada pakar ataupun seseoang yang tahu dan mengerti mengenai perancangan proposal yang di buat. dalam hal ini adalah pembimbing lapangan dan dosen pembimbing yang mampu memberikan penjelsan-penjelasan tentang permasalahan yang di ambil.
1.4  Tujuan 
        Adapun tujuan dari penelutian yang kami lakukan yaitu, antara lain:
1.  Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kecerahan perairan.  
2.  Untuk mengetahui apa dampak dari pencemaran perairan terutama karena tumpahan minyak.  
3.  Untuk mengetahui bagaiman kondisi perairan yang ada di indonesia.
1.5  Manfaat 
Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan laporan ini adalah agar dapat memberikan konstribusi kusus
kepada pembaca dalam pembuatan laporan, serta menambah wawasan pembaca terkait dengan
permasalahan yang kami angkat dalam laporan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan yang masuk ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (Effendi, 2000). Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi  pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Effendi, 2000).
Tingkat kecerahan adalah suatu angka yang menunjukkan jarak penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom air yang masih dapat dilihat oleh mata kita yang berada di atas permukaan air. Kedalaman suatu perairan merupakan salah satu faktor yang membatasi kecerahan perairan. Menurut Sidabutar dan Edward (1995), bahwa kecerahan sangat ditentukan oleh intensitas cahaya matahari dan partikel-partikel organik dan anorganik yang melayang-layang di kolom air. Berdasarkan hasil pengamatan dari pengukuran tingkat kecerahan pada perairan laut Bungkutoko dengan menggunakan alat Sechi dick, diperoleh kecerahan sebesara 24 cm dengan kedalaman 79 cm. Hal ini disebabkan karena penetrasi cahaya dihalangi oleh partikel-partikel zat terlarut seperti Lumpur dan partikel-partikel lain yang mengendap. Dengan tingkat kecerahan yang rendah tersebut akan mengakibatkan organisme nabati tidak akan dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan energi dan bahan makanan. Menurut Odum (1993), bahwa bila kekeruhan disebabkan oleh fitoplankton, maka ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas perairan.
Kecerahan air laut juga merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga sebaliknya. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam % dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air. Apabila kecerahan tidak baik, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan ( turbidity ) air sangat berpengaruh terhadap ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus dan suspensi lumpur, atau bisa juga  diakibatkan
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih.
Ada beberapa warna air karena beberapa sebab yaitu:
1.     Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
2.    Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
3.    Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
4.    Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
5.    Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
6.    Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
7.    arna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung. Selain itu karena kadar salinitas di laut itu sangat tinggi seperti di arab yang memiliki laut berwara merah sehingga sering di sebut laut mati.
Adapun faktor-faktor kekeruhan suatu perairan yaitu: 
  1.   Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur. 
  2.   Jasad-jasad renik yang merupakan plankton 
  3.  Warna air yang ditimbulkan oleh zat-zat koloid yang berasal dari daun-daun tumbuhan yang terekstrak. 
  4.  Kondisi lingkungan yang ada disekitarnya seperti limbah rumah tangga dan pupuk kimia yang terbawa oleh sungai atau air hujan.
Faktor-faktor ini dapat menimbulkan warna dalam air dan mempengaruhi tingkat kecerahan dan kekeruhan air. Senhingga air laut yang mengandung bahan-bahan di atas akan memiliki tingkat kecerahan air yang sangat rendah.

2.2 Dampak dari Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak
Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Selain itu pencemaran ini juga mengakibatkan terhambatnya cahaya matahari masuk ke dalam lautan dan menyebabkan laut menjadi keruh.  Pencemaran minyak semakin banyak terjadi sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan minyak untuk dunia industri yang harus diangkut dari sumbernya yang cukup jauh, meningkatnya jumlah anjungan – anjungan pengeboran minyak lepas pantai. dan juga karena semakin meningkatnya transportasi laut.
Berdasarkan PP No.19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai masuknya/ dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya (Pramudianto, 1999). Sedangkan Konvensi Hukum Laut III (United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) mengartikan bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merusak sumber daya hayati laut (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan serta manfaatnya (Siahaan, 1989 dalam Misran, 2002
Dampak dari Pencemaran Minyak di Laut. Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar (Fakhrudin, 2004). Sumadhiharga (1995) dalam Misran (2002) memaparkan bahwa dampak-dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka panjang.
1.       Akibat jangka pendek.
Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
2.      Akibat jangka panjang.
Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan bahkan manusia.
Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutam mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.
Ekosistim terumbu karang juga tidak luput dari pengaruh pencemaran minyak . Menurut O'Sullivan & Jacques (2001), jika terjadi kontak secara langsung antara terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang meluas. Akibat jangka panjang yang paling potensial dan paling berbahaya adalah jika minyak masuk ke dalam sedimen.
2.3  Kondisi Perairan di Indonesia
Dengan 17.504 pulau, Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia1. Garis pantainya mencapai 95.181 kilometer persegi, terpanjang di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat dan Rusia. Enam puluh lima persen dari total 467 kabupaten/kota yang ada di Indonesia berada di pesisir2. Pada 2010 populasi penduduk Indonesia mencapai lebih dari 237 juta orang3, dimana lebih dari 80% hidup di kawasan pesisir4.
Kepulauan Indonesia terbentang antara terumbu karang di Indonesia mencapai 50.875 kilometer persegi5, atau sekitar 18% dari total kawasan terumbu karang dunia. Sebagian besar terumbu karang ini berlokasi di bagian timur Indonesia, di wilayah yang lazim disebut segitiga karang (coral triangle). Terumbu karang Indonesia di kawasan segitiga karang adalah salah satu yang terkaya dalam keanekaragaman hayati di dunia, rumah bagi sekitar 590 spesies karang keras6. Terumbu di Kepulauan Raja Ampat diakui para ilmuwan sebagai “pusat” keanekaragaman hayati terumbu karang dunia7.
Selain membawa keuntungan ekonomi, ekosistem terumbu karang melindungi pantai dari hantaman gelombang, sehingga mengurangi abrasi dan kerusakan. Terumbu karang juga berkontribusi kepada sektor penangkapan ikan dengan menyediakan daerah pemijahan dan asuhan, penyediaan makanan dan tempat berlindung beragam jenis mahluk laut. Indonesia mempunyai sebaran ekosistem mangrove yang luas, bahkan terbesar di dunia (FAO, 2007). Menurut Spalding et al. pada 2010 diperkirakan luas mangrove di Indonesia sekitar 3,189,359 hektar, hampir mencapai 60% luas total mangrove Asia Tenggara. Jumlah ini juga merupakan 20% dari total tutupan mangrove yang ada di dunia. Menurut FAO, ada 48 spesies mangrove di Indonesia, membuat Indonesia menjadi pusat penting keanekaragaman hayati mangrove dunia. Ekosistem padang lamun Indonesia diperkirakan sebesar 30,000 km2,dimana terdapat 30 dari 60 spesies padang lamun yang ada di dunia8. Meski pemerintah telah berinisiatif untuk memimpin upaya konservasi, sebagian besar ekosistem laut Indonesia yang luas ini masih berada dalam ancaman.
Menurut World Resources Institute, pada 2011 ada 139.000 kilometer persegi kawasan wilayah laut yang dilindungi di Indonesia9. Pemerintah berkomitmen meningkatkannya menjadi 200.000 kilometer persegi pada 202010. Tetapi pengelolaan kekayaan sumberdaya hayati pesisir dan kawasan terlindungi ini masih menjadi tantangan berat. Data terbaru (2012) Pusat Penelitian Oseanokarang Indonesia yang tergolong sangat baik. Sementara 27,18%-nya digolongkan dalam kondisi baik, 37,25% dalam kondisi cukup, dan 30,45% berada dalam kondisi buruk11. Bahkan, Burke, dkk. menyebutkan setengah abad terakhir ini degradasi terumbu karang di Indonesia meningkat dari 10% menjadi 50%12. Penyebab kerusakan terumbu karang diantaranya adalah pembangunan di kawasan pesisir, pembuangan limbah dari berbagai aktivitas di darat maupun di laut, sedimentasi akibat rusaknya wilayah hulu dan daerah aliran sungai, pertambangan, penangkapan ikan merusak yang menggunakan sianida dan alat tangkap terlarang, pemutihan karang akibat perubahan iklim, serta penambangan terumbu karang. Indonesia sudah kehilangan sebagian besar mangrovenya. Dari 1982 hingga 2000, Indonesia telah kehilangan lebih dari setengah hutan mangrove, dari 4,2 juta hektar hingga 2 juta hektar13. Masalah yang dihadapi oleh terumbu karang dan mangrove juga dialami ekosistem padang lamun. Ekosistem padang lamun Indonesia kurang dipelajari dibanding terumbu karang dan mangrove. Tetapi berdasar berbagai indikasi, padang lamun juga rentan terhadap gangguan alam dan kegiatan manusia. Seperti pengerukan terkait pembangunan real estate pinggir laut, pelabuhan, industri, saluran navigasi, limbah industri terutama logam berat dan senyawa organolokrin, pembuangan limbah organik, limbah pertanian, pencemaran minyak, dan perusakan habitat di lokasi pembuangan hasil pengerukan14.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.1  Waktu dan Tempat
Praktikum yang kami lakukan untuk mengukur kecerahan air laut yaitu pada Sabtu, 14 Desember 2013 pada pukul 09.00 Wita. Pengukuran tingkat kecerahan air laut kali laksanakan di pantai Gondol, Ds. Penyabangan, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Bali.
1.2  Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan untuk mengukur kecerahan perairan di sebut dengan seichi disk, yaitu berupa piringan yang berwarna putih yang di tumpuk bolak-balik yang didalamnya di isi batu sebagai pemberat dan dihubungkan dengan tongkat/tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Adapun bahan yang di gunakan untuk membuat seichi disk yaitu: 
1. 2 buah piring yang terbuat dari logam yang berwarna putih.  
2. Batu.
3. Tali tambang  yang diameternya agak besar yang panjangnya di sesuaikan.
4. Tali tambang yang diameternya lebih kecil.
1.3  Prosedur Praktikum
Untuk alat pengukur kecerahan perairan yaitu seichi disk sudah di sediakan oleh dosen pengampu mata kuliah kimia laut yaitu Bapak Drs. Bedjo Slamet M.Si. Jadi kami tidak membuatnya sendiri, namun untuk cara pembuatanya sedikit banyak kami mengetahuinya. Untuk cara pembuatan seichi disk akan kami uraikan pada prosedur praktikum.
 Adapun prosedur praktikum yang kemi lakukan yaitu:
  1.          Sediakan bahan-bahan yang di perlukan seperti 2 buah piring, batu pemberat, tali tambang kecil dan tali tambang besar. 
  2.     Tumpuk secara bolak-balik (atas dan bawah), didalam piring tersebut di isi batu sebagai pemberat, kemudian piring tersebut di ikan dengan rapi menggunakan tali tambang kecil. 
  3.    Setelah piring selesai di ikat kemudian tali pengikat piting di ikat salah satu ujungnya dengan menggunakan tali tambang besar yang nantinga akan berfungsi sebagai pegangan saat piring di lempar ke dalam air. 
  4.            Tali tambang di buatkan simpul setiap 1 meter untuk menghitung kedalaman air. 
  5.       Setelah pembuatan alat selesai kemudian cara pengguanaan seichi disk yaitu seichi disk di masukan ke dalam air perlahan-lahan, lihat warna dari piring dengan menggunakan mata telanjang hingga alat terlihat samar-samar dan menghilang. 
  6.             Angkat tali dan hitung berapa kedalamannya dengan cara menghitung sumpul tali yang terkena air.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Praktikum
Dari praktikum yang kami lakukan di pantai gondol hasil yang kami dapat yaitu:
  1.       Hasil pelemparan alat yang pertama kami mendapatkan hasil 13 meter 
  2.         Hasil yang kedua kami lakukan di tempat yang berbeda namun hanya berjarak kurang lebih 1 meter, kami mendapatkan hasil 11 meter (orang yang mengukur berbeda).
4.2  Pembahasan
Dari praktikum pengukuran tingkat kecerahan air laut yang kami lakukan di pantai Gondol, Ds. Penyabangan, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Bali kami mendapatkan hasil yang berbeda  walaupun hanya berjarak yang berbeda beberapa meter saja. Pada pengukuran yang pertama di lakukan oleh dosen pengampu mata kuliak kimia laut yaitu Bapak Dra.Bedjo Slamet  M.Si yang di damping oleh dua rekan kami sebagai pengecek piring yang terlihat dan setelah piring tidak terlihat dan tali pengukur di angkat kami mendapatkan hasil 13 meter dari atas permukaan air laut. Kemudian pada pengukuran yang kedua di lakukan oleh 3 orang yang berbeda dari pengukur yang pertama, kami mendapatkan hasil 11 meter dari permukaan air laut.
Jarak pengukuran yang kami lakukan dari bibir pantai hingga tempet pengukuran kurang lebih 20 meter. Dari jarak tersebut dan hasil yang kami lakukan dapat kami sampaikan bahwa tingkat kecerahan air laut di pantai gondol masih cukup tinggi dan itu berarti pantai tersebut masih jernih dan tingkat pencemarannya masih relarif kecil.
Walaupun pada dua kali pengukuran kami menghasilkan hasil yang berbeda itu tidak mempengaruhi perairan di daerah yang kami teliti tersebut. Perbedaan hasil pengukuran yang kami dapatkan itu di pengaruhi oleh penglihatan dari orang yang melakukan pengukuran karena orang yang melakukan pengukuran berbeda. Namun tidak setiap penelitian yang di lakukan mendapat hasil yang berbeda.
Dengan tingkat kecerahan air yang kami dapat saat melakukan penelitian di pantai gondol yang memiliki perairan yang cukup jernih ini patut di syukuri, karena seperti yang kita tahu bahwa sekarang ini perairan di indonesia sebagian besar telah tercemar yang mengakibatkan pantai sangat keruh. Namun masih ada pula pantai yang memiliki perairan yang jernih seperti wilayah timur indonesia ter masuk di bali salah satunya di pantai gondol. Kecerahan pantai sangat menguntungkan baik bagi kehidupan biota laut maupun manusia. Dengan air yang jernih akan menghasilkan biota laut yang beragam dan ini akan membarikan keuntungn bagi manusia di bidang ekonomi. Karena pantai yang jernuh bias di jadikan tempat wisata dan tingkat pendapatan nelayan juga bertambah karena banyaknya ikan yang dapat hidup dengan baik


BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari laporan pengukuran tingkat kecerahan air laut yang kami buat yaitu:
1.      Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan yang masuk ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air
2.      Adapun faktor-faktor kekeruhan suatu perairan yaitu: 
  •            Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur. 
  •       Jasad-jasad renik yang merupakan plankton 
  •       Warna air yang ditimbulkan oleh zat-zat koloid yang berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak. 
  •               Kondisi lingkungan yang ada disekitarnya seperti limbah rumah tangga dan pupuk kimia yang terbawa oleh sungai atau air hujan.
3.      Dari hasil praktikum dapat di smpaikan bahwa perairan di pantai gondol memiliki tingkat kecerahan yang tinggi dan perairannya masih cukup jernih.
5.2  Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu, agar kejernihan air laut yang ada di pantai gondol tetap di pertahankan. dan masyarakat harus lebih meningkatkan lagi kepedulian mereka terhadap lingkungan sehingga lingkungan tetap bersih dan terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Ø  Sariiegucchy. 2013. Dampak Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak. http://sariiegucchy.blogspot.com/2013/06/tugas-3-dampak-pencemaran-air-laut.html. 19 Desember 201.

1 komentar: